Detik Waktu

Teringat pada sebuah film yang baru siap saya tonton beberapa hari yang lalu. Film yang mengisahkan perjalanan hidup seorang remaja yang semuran dengan saya. Gadis itu di fonis menderita penyakit yang sampai saat ini dunia kedokteran belum bisa menemukan obatnya. Penyakit yang mengganggu kerja saraf. Dimana jutaan bahkan ribuan saraf yang mengendalikan kerja tubuh ini perlahan-lahan akan tidak berfungsi. Akibatnya sedikit demi sedikit tubuh ini tak bisa lagi digerakkan. Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata kehidupan gadis tersebut.

Salut adalah ketika gadis itu di fonis sebuah penyakit yang tak bisa disembuhkan, tapi dia tetap tegar menerima kenyataan yang ada. Sekeras apa pun dia coba berlari, namun kenyataan mengatakan lain. Setiap hari menjadi sangat berharga. Setiap pagi ketika dia membuka mata, satu demi satu tubuhnya tak bisa digerakkan. Dan setiap malam ketika hendak tidur, rasa takut mengahantui. Akankah aku bisa bangun besok pagi? atau Bagian mana lagi yang tidak bisa kugerakkan? Satu-satunya alasan dia bertahan adalah cinta & kasih sayang. Tetap tegar melawan semua rasa sakit, hanya untk keluarga dan semua sahabat. Selalu berusah untuk sembuh walaupun kemungkinan itu hanya 0%. Yang bisa dia lakukan adalah  memanfaatkan setiap waktu yang tersisa. Keinginannya mulia: ingin menjadi manusia yang berguna dan bisa membantu sesama. Hingga hembusan nafas terkahirnya dia selalu berusaha sekuat tenaga melawan penyakit itu. Dan pada akhirnya penyakit luar biasa itulah yang menang.

Bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan atau penyakit mematikan menurutku mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Kematian yang seakan datang semakin cepat menanti mereka membuat mereka menjadi seorang manusia yang lebih menghargai waktu. Karena apa? Belum tentu esok hari nya mereka masih bisa menghirup segarnya udara pagi. Melakukan semua yang mereka inginkan selagi mereka bisa. Selagi waktu itu masih ada. Dan selagi darah masih mengalir.

Pandangan menghargai waktu akan berbeda bagi kita orang-orang yang diberi keadaan sehat walafiat. Lebih banyak waktu yang terbuang sia-sia daripada mengerjakan sesuatu yang berguna. Kan masih ada besok, yaudah besok aja. Entah atas dasar apa rasa optimis itu selalu ada. Masih yakin bahwa besok pagi mata ini masih bisa melihat kuningnya mentari pagi. Menjadi manusia yang optimis dalam menjalani hidup itu tidak salah. Bahkan bagus. Membuat kita menjadi lebih percaya diri. Tapi, coba kita bandingkan bagaimana kita orang sehat dan orang sakit..... Waktu seakan lebih bermanfaat bagi mereka yang sakit. Bagi mereka waktu adalah harta karun yang harus selalu dijaga. Sendangkan kita, hanya membiarkan waktu itu berputar sesuai rotasinya. Tak peduli atas apa yang telah terjadi hari ini. Yang jelas, pagi pagi lainnya masih ada. Beharap sekali bisa menjadi orang yang bisa menghargai waktu. Mengejar apa yang kita bisa, bukan berlari menuju apa yang kita inginkan. Kadang keinginan itu lebih buruk dari yang kita kira. Berusaha menjadi lebih baik dari waktu ke waktu adalah yang kuinginkan. Berjalan beriringan bersama detik-detik waktu, dan tak membiarkannya berlalu begitu saja. Merekam setiap kejadian dalam ingatan. Dan menjadi pribadi yang lebih baik di setiap paginya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengagumi Mu Dalam Diam

Masih Sama

Benang Merah