Kotak Asing ( Lanjutan )
Huh ah uh ah, keringat dingin mengalir deras di tubuhnya. Tiba-tiba, kringggg... kringgggg... Sialan bunyi beker itu selalu menjadi musuh paling besar saat pagi hari. Gadis itu masih berkelumun dengan selimutnya. Belum sempat tangannya meraih beker, ceklek! weker itu hening.
"Selamat pagi Aila sayangg, ayoo bangun loo kamu. Nanti telat lo sekolahnya" dan ternyata wanita itu lah yg mematika weker gila. Aila? Oooo gadis itu namanya Aila. Suara berat yg penuh kasih sayang itu telah Aila hafa. Mama! Sejak kapan dia di sini? Kapan dia pulang? Kenapa dia bangunin aku? Dan pertanyaan bodoh lainnya berkeliweran di dalam kepala Aila.
Kini Aila berada di awang-awang. Nyawa nya belum sepenuh nya kembali. Tapi, tubuhnya yg bercucuran keringat membuat nya harus membuka mata. Mimpi macam apa itu? Kotak? Surat itu? Apa maksud nya? Kehadiran sang Mama tak lagi dihiraukan. Jiwa Aila masih terbenam di dalam mimpinya semalam. Sialan, kenapa si weker itu harus membangunkan ku. Aku kan harus tau kelanjutan cerita mimpiku. Mimpi yg aneh memang, namun aku menyukainya. Aku tak paham kenapa aku bisa bermimpi seaneh itu. Fikir nya dalam hati.
Masih di dalam pengaruh mimpi, Aila melihat jam, 6 kurang 10. Kalau tidak mandi sekarang maka alamat telat lah untuk datang ke sekolah. Kakinya menuruni kasur, berjalan untuk mengambil handuk. Dinginnya air yg membasahi tubuhnya sungguh menyegarkan. Kenapa sih aku harus melakukan rutinitas yg mebosankan ini? Mandi, makan, sekolah, pulang. Hampir mati kebosanan aku di buatnya. Aila lagi-lagi mengumpat kesal. Dia sudah lelah dengan semuanya.
Aila merupakan seorang gadis yg hampir 17 tahun. Hidup di tengah-tengah keluarga yg berkecukupan harta, namun tidak untuk kasih sayang. Ayah dan mamanya hampir tidak pernah di rumah. Mereka terlalu sibuk mengurus perusahaan mereka yg telah mencapai 19 cabang di seluruh kota Besar Indonesia. Aila juga anak tunggal. Di rumah dia hanya di temani mbok Inah yg di tugaskan untuk mengurusi semua urusan rumah. Lalu sekolah? Aila sekolah hanya untuk mendapat ilmu. Aila bahkan tak mempunyai seorang teman pun untuk di ajak cerita. Awalnya teman-teman sekelas Aila telah mencoba mengajaknya bicara, namun Aila tak merespon. Menganggap mereka semua hanya lalat yg bertebrangan di hadapannya. Sampai pada akhirnya semua temannya lelah dan berhenti berusah untuk mengajak Aila bicara. Itu pasti karena dia kaya, jadinya sombong deh. Hal itu yg selalu mereka katakan tentang Aila. Padahal bukan seperti itu. Aila tidak suka berbicara panjang lebar dengan orang asing. Dia lebih suka berdiam diri di pojokan perpus, atau hanya diam di kelas. Membaca, mendengarkan lagu, memaikan I-pad adalah sederet rutinitas nya. Kermaian bukan lah hobinya.
Hingga pada suatu hari, seorang siswa pindahan dari Bandung masuk kekelas Aila.
"Baiklah anak-anak, hari ini kelas kita akan menambah anggota baru. Namanya Hali. Ayo Hali perkenalkan diri kamu" buk Ayang membawa berita mengejutkan seisi kelas hari ini. Bagaimana tidak, Hali yg merupkan murid pindahan itu memiliki postur tubuh yg cukup tinggi, wajah yg masih imut, dan kulit kuning itu berhasil menyapu bersih pandangan gadis kelas XII-A.
Tak perlu panjang lebar, hingga akhirnya Hali menduduki bangku kosong di samping Aila. Penghuni kursi itu mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika. Aila merasa sangat senang mengetahui teman sebangkunya itu pergi dan mengosong kan tempat nya. Itu berarti dia akan merasa lebih tenang dalam kesendirian. Ehh belum juga sebulan, bangku itu sudah di huni aja lagi. Sama manusia yg gak dia kenal.
Saat menduduki bangku itu, Hali memperkenalkan diri pada Aila. Gak mungkin kan teman sebangku gak tau nama.
"Hai, Hali. Jadi teman yg baik ya. Nama kamu?" sapanya sambil mengeluarkan buku tulis dan pensil ke atas meja. Ramahhh sekali. Namun, kuping Aila tengah di sumbat Earphone dari I-pod nya. Melihat orang baru duduk di samping, rasa nya dia hampir gila. Malas sekali rasanya berkenalan dengan orang ini.
"Aila" jawab gadis itu seadanya sambil menyunggingkan senyum paksa. Earphone itu telah di bukanya.
Setelah perkenalan singkat itu tak ada lagi percakapan yg terjadi di antara mereka sampai bel istirahat berbunyi. Hening menghantui ke-2 nya. Bahkan Hali lebih banyak bercerita ke teman yg duduk di depannya. Igo dan Anna. Aila masih saja mencatat rumus-rumus trigono yg baru saja di terangkan buk Ayang. Bel tanda istirahat baru saja berbunyi. Semua penghuni kelas keluar menuju kantin. Monster-monster lapar tengah meminta makanan dari dalam perutnya.
Aila mengeluarkan I-pad nya, dan sebuah kotak bekal. Di sumbat lagi telinganya. Hmmm, bekalnya untuk pagi ini adalah Brownis. Dinikmatinya sendiri makanan itu, sambil memainkan beberapa games di I-pad nya. Hali yg masih duduk di sebelahnya, memperhatikan tingkah laku aneh Aila ini. Ini orang memang malas ngomong atau irit suara? Berasa patung nih jadinya. Kata Hali dalam hati. Bagaimana tidak, Hali kan murid baru. Belum tau apa-apa tentang sekolah ini. Tentang SMA Jayabakti ini. Belum lagi belum punya banyak teman. Masa sedari tadi dicuekin doang sih.
"Hal, ngantin yuk" ajak Igo dan anak cowok lainnya. Hali mau saja hendak pergi. Sebelum pergi dia menatap balik ke arah Aila.
"Gak ngantin?" tanyanya polos. Namun sepertinya itu usaha yg sia-sia. Aila terlalu menikmati aktifitasnya. Dia tidak dengar apa yg dikatakan Hali.
Kesal karena udah nanya baik-baik tapi malah di cuekin, Hali memutuskan untuk meninggalkan gadis aneh itu sendiri. Ngapain sih baik-baik sama si Aila itu, dia itu aneh Hal. Gak suka banyak ngomong. Irit suara kali yaa. Terus gak pernah ke kantin. Sok steril. Jajanan kantin bersih kok. Dan dia itu selalu bawa bekal 2 buah. Satu kue-kuean gitu, dimakan pas jam segini, nah yg satu lagi itu nasi. Nanti di antar sama pak Pon. Jelas Igo panjang lebar ke Hali mengenai Aila. Siapa juga yg gak tau tentang Aila, gadis aneh yg setiap jam 12 selalu di antar nasi oleh pak Pon ( supir Aila ) sampesampe anak satu sekolah udah hapal.
***
Kebiasaan Aila yg selalu sendirian itu selalu di abadikan Hali dalam sebuah cerita. Hali memperhatikan Aila dan menuangkan Aila dalam bentuk cerita-cerita di kertas. Atau melukis sketsa nya di atas kanvas. Terlalu banyak hal aneh yg gak pernah Hali lihat dalam diri gadis lain. Aila terlalu aneh. Terlalu tertutup. Tapi, sepertinya dia baik. Semua tentang Aila dia simpan dalam sebuah kotak kardus lucu yg di beli nya di toko buku terdekat. Hali suka menulis cerita, puisi, dia juga gemar melukis. Main gitar. Dia juga jago olahraga. Hobinya adalah main bola. Hanya satu yg gak dia bisa, pelajaran Biologi. Sekeras apa pun di mencoba bersahabat dengan biologi tetap saja dia gak pernah bisa biologi. Malasssss banget baca bukunya yg tebal itu. Mending deh aku di suruh ngerjain 200 soal Matem ketimbang harus baca 40 lembar tentang biologi, prinsip ini selalu Hali terapkan dalam hidup.
Kekagumannya pada Aila sudah di mulai sejak awal mereka bertemu. Anehh, dasar cewek aneh. Tapi Hali selalu saja memperhatikan Aila. Mengikuti permainannya dalam diam. Jika Aila tidak bicara maka dia juga tidak banyak bicara. Dia ingin memasuki dunia Aila dalam diam.
Hingga suatu hari Hali menulis sebuah cerita. Memasukkan nya ke dalam botol. Namanya surat botol. Ia titipkan surat itu ke pak Pon. Pas pulang baru pak Pon sampaikan pada Aila.
#bersambung...
"Selamat pagi Aila sayangg, ayoo bangun loo kamu. Nanti telat lo sekolahnya" dan ternyata wanita itu lah yg mematika weker gila. Aila? Oooo gadis itu namanya Aila. Suara berat yg penuh kasih sayang itu telah Aila hafa. Mama! Sejak kapan dia di sini? Kapan dia pulang? Kenapa dia bangunin aku? Dan pertanyaan bodoh lainnya berkeliweran di dalam kepala Aila.
Kini Aila berada di awang-awang. Nyawa nya belum sepenuh nya kembali. Tapi, tubuhnya yg bercucuran keringat membuat nya harus membuka mata. Mimpi macam apa itu? Kotak? Surat itu? Apa maksud nya? Kehadiran sang Mama tak lagi dihiraukan. Jiwa Aila masih terbenam di dalam mimpinya semalam. Sialan, kenapa si weker itu harus membangunkan ku. Aku kan harus tau kelanjutan cerita mimpiku. Mimpi yg aneh memang, namun aku menyukainya. Aku tak paham kenapa aku bisa bermimpi seaneh itu. Fikir nya dalam hati.
Masih di dalam pengaruh mimpi, Aila melihat jam, 6 kurang 10. Kalau tidak mandi sekarang maka alamat telat lah untuk datang ke sekolah. Kakinya menuruni kasur, berjalan untuk mengambil handuk. Dinginnya air yg membasahi tubuhnya sungguh menyegarkan. Kenapa sih aku harus melakukan rutinitas yg mebosankan ini? Mandi, makan, sekolah, pulang. Hampir mati kebosanan aku di buatnya. Aila lagi-lagi mengumpat kesal. Dia sudah lelah dengan semuanya.
Aila merupakan seorang gadis yg hampir 17 tahun. Hidup di tengah-tengah keluarga yg berkecukupan harta, namun tidak untuk kasih sayang. Ayah dan mamanya hampir tidak pernah di rumah. Mereka terlalu sibuk mengurus perusahaan mereka yg telah mencapai 19 cabang di seluruh kota Besar Indonesia. Aila juga anak tunggal. Di rumah dia hanya di temani mbok Inah yg di tugaskan untuk mengurusi semua urusan rumah. Lalu sekolah? Aila sekolah hanya untuk mendapat ilmu. Aila bahkan tak mempunyai seorang teman pun untuk di ajak cerita. Awalnya teman-teman sekelas Aila telah mencoba mengajaknya bicara, namun Aila tak merespon. Menganggap mereka semua hanya lalat yg bertebrangan di hadapannya. Sampai pada akhirnya semua temannya lelah dan berhenti berusah untuk mengajak Aila bicara. Itu pasti karena dia kaya, jadinya sombong deh. Hal itu yg selalu mereka katakan tentang Aila. Padahal bukan seperti itu. Aila tidak suka berbicara panjang lebar dengan orang asing. Dia lebih suka berdiam diri di pojokan perpus, atau hanya diam di kelas. Membaca, mendengarkan lagu, memaikan I-pad adalah sederet rutinitas nya. Kermaian bukan lah hobinya.
Hingga pada suatu hari, seorang siswa pindahan dari Bandung masuk kekelas Aila.
"Baiklah anak-anak, hari ini kelas kita akan menambah anggota baru. Namanya Hali. Ayo Hali perkenalkan diri kamu" buk Ayang membawa berita mengejutkan seisi kelas hari ini. Bagaimana tidak, Hali yg merupkan murid pindahan itu memiliki postur tubuh yg cukup tinggi, wajah yg masih imut, dan kulit kuning itu berhasil menyapu bersih pandangan gadis kelas XII-A.
Tak perlu panjang lebar, hingga akhirnya Hali menduduki bangku kosong di samping Aila. Penghuni kursi itu mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika. Aila merasa sangat senang mengetahui teman sebangkunya itu pergi dan mengosong kan tempat nya. Itu berarti dia akan merasa lebih tenang dalam kesendirian. Ehh belum juga sebulan, bangku itu sudah di huni aja lagi. Sama manusia yg gak dia kenal.
Saat menduduki bangku itu, Hali memperkenalkan diri pada Aila. Gak mungkin kan teman sebangku gak tau nama.
"Hai, Hali. Jadi teman yg baik ya. Nama kamu?" sapanya sambil mengeluarkan buku tulis dan pensil ke atas meja. Ramahhh sekali. Namun, kuping Aila tengah di sumbat Earphone dari I-pod nya. Melihat orang baru duduk di samping, rasa nya dia hampir gila. Malas sekali rasanya berkenalan dengan orang ini.
"Aila" jawab gadis itu seadanya sambil menyunggingkan senyum paksa. Earphone itu telah di bukanya.
Setelah perkenalan singkat itu tak ada lagi percakapan yg terjadi di antara mereka sampai bel istirahat berbunyi. Hening menghantui ke-2 nya. Bahkan Hali lebih banyak bercerita ke teman yg duduk di depannya. Igo dan Anna. Aila masih saja mencatat rumus-rumus trigono yg baru saja di terangkan buk Ayang. Bel tanda istirahat baru saja berbunyi. Semua penghuni kelas keluar menuju kantin. Monster-monster lapar tengah meminta makanan dari dalam perutnya.
Aila mengeluarkan I-pad nya, dan sebuah kotak bekal. Di sumbat lagi telinganya. Hmmm, bekalnya untuk pagi ini adalah Brownis. Dinikmatinya sendiri makanan itu, sambil memainkan beberapa games di I-pad nya. Hali yg masih duduk di sebelahnya, memperhatikan tingkah laku aneh Aila ini. Ini orang memang malas ngomong atau irit suara? Berasa patung nih jadinya. Kata Hali dalam hati. Bagaimana tidak, Hali kan murid baru. Belum tau apa-apa tentang sekolah ini. Tentang SMA Jayabakti ini. Belum lagi belum punya banyak teman. Masa sedari tadi dicuekin doang sih.
"Hal, ngantin yuk" ajak Igo dan anak cowok lainnya. Hali mau saja hendak pergi. Sebelum pergi dia menatap balik ke arah Aila.
"Gak ngantin?" tanyanya polos. Namun sepertinya itu usaha yg sia-sia. Aila terlalu menikmati aktifitasnya. Dia tidak dengar apa yg dikatakan Hali.
Kesal karena udah nanya baik-baik tapi malah di cuekin, Hali memutuskan untuk meninggalkan gadis aneh itu sendiri. Ngapain sih baik-baik sama si Aila itu, dia itu aneh Hal. Gak suka banyak ngomong. Irit suara kali yaa. Terus gak pernah ke kantin. Sok steril. Jajanan kantin bersih kok. Dan dia itu selalu bawa bekal 2 buah. Satu kue-kuean gitu, dimakan pas jam segini, nah yg satu lagi itu nasi. Nanti di antar sama pak Pon. Jelas Igo panjang lebar ke Hali mengenai Aila. Siapa juga yg gak tau tentang Aila, gadis aneh yg setiap jam 12 selalu di antar nasi oleh pak Pon ( supir Aila ) sampesampe anak satu sekolah udah hapal.
***
Kebiasaan Aila yg selalu sendirian itu selalu di abadikan Hali dalam sebuah cerita. Hali memperhatikan Aila dan menuangkan Aila dalam bentuk cerita-cerita di kertas. Atau melukis sketsa nya di atas kanvas. Terlalu banyak hal aneh yg gak pernah Hali lihat dalam diri gadis lain. Aila terlalu aneh. Terlalu tertutup. Tapi, sepertinya dia baik. Semua tentang Aila dia simpan dalam sebuah kotak kardus lucu yg di beli nya di toko buku terdekat. Hali suka menulis cerita, puisi, dia juga gemar melukis. Main gitar. Dia juga jago olahraga. Hobinya adalah main bola. Hanya satu yg gak dia bisa, pelajaran Biologi. Sekeras apa pun di mencoba bersahabat dengan biologi tetap saja dia gak pernah bisa biologi. Malasssss banget baca bukunya yg tebal itu. Mending deh aku di suruh ngerjain 200 soal Matem ketimbang harus baca 40 lembar tentang biologi, prinsip ini selalu Hali terapkan dalam hidup.
Kekagumannya pada Aila sudah di mulai sejak awal mereka bertemu. Anehh, dasar cewek aneh. Tapi Hali selalu saja memperhatikan Aila. Mengikuti permainannya dalam diam. Jika Aila tidak bicara maka dia juga tidak banyak bicara. Dia ingin memasuki dunia Aila dalam diam.
Hingga suatu hari Hali menulis sebuah cerita. Memasukkan nya ke dalam botol. Namanya surat botol. Ia titipkan surat itu ke pak Pon. Pas pulang baru pak Pon sampaikan pada Aila.
#bersambung...
Komentar
Posting Komentar