Hanya Ingin-ku

Letter #2

Lelah rasanya diri menyangkal semua yang tertampil di depan mata. Penat rasanya hati dan logika selalu tak sejalan. Saat perasaan ku memilih untuk mengingat kamu, namun logika mengatakan bahwa kamu takkan pernah bisa hadir disini. Dan disaat perasaan ku harus mengalah dan memusnahkan semua angan nya untuk bisa bersama kamu, di saat itu lah aku harus menentang logiku. Namun, apa aku bisa? Hanya berjalan di atas jembatan perasaan. Jembatan rapuh yang tak berpondasi. Sutau saat bisa saja aku jatuh ke lubang dalam itu. Di lain sisi, jalan logika itu beraspal. Keras dan kuat. Jalan itu memiliki tonggak kenyataan. Semua yg dihadapi logika ku itu selalu beradasarkan kenyataan dan takdir yg telah tergores rapi. Lalu aku harus berjalan di mana? Jembatan itu membuat ku nyaman. Sedangkan jalan itu memberi jaminan kalau aku akan sampai di tujuanku.

Aku hanya ingin kamu tahu bahwa hampir setiap saat, lipatan otakku selalu memutar semua tentang mu. Suaramu telah terekam indah. Dan ketika kau memanggil namaku, tak ada lagi ketakutan bagiku untuk menjawabnya. Aku juga ingin kau tahu, bahwa aku menyukai semua tentang mu. Aroma mu yg khas, tatapan mu yg sejuk, tingkah mu itu.... aku suka. Namun, itu hanya Ingin ku. Aku ingin  kau juga merasakan dan melakukan hal yang sama.

Mungkin saja apa yg kulihat telah salah kuartikan. Mungkin saja apa yg kurekam telah salah ku translatekan. Kamu itu terlalu baik, terlalu abu-abu dan terlalu tinggi di sana. Bagai mana bisa tangan mungilku ini menyentuh mu, bagaimana bisa mata kecil ini melihat jelas bayangan mu. Dan jika memang semuanya terlalu ribet, tolong kembalikan aku ke ke kenyataan pahit itu. Sebelum aku mengganggu rute perjalananmu. Aku tahu ini bukan sepenuhnya salahmu, ini salah ku. Karena aku tidak punya keberanian untuk menyatakan apa yg kurasa. Aku terlalu takut menghadapi kenyataan yg lebih pahit dari ini. Ingin-ku hanya kamu. Kamu yg mnegerti aku tanpa aku harus mengucapnya. Ingin-ku mengatakan bahwa aku terlalu mengaggumi sosok indahmu. Ingin-ku menjadi bagian penting dalam puzzle hidupmu. Terlalu banyak "Ingin" dalam hidup ku. Hal itu lah yg membuatku selalu berpijak dalam hayal mimpi. Ya Tuhan... Apa itu hanya Ingin-ku saja? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengagumi Mu Dalam Diam

Masih Sama

Benang Merah