Postingan

Semestaku Tanpa Hadirnya

Cukup menarik jika saat ini aku kembali membiarkan jari jemariku kembali menari dengan gerakannya yang khas di atas keyboardku. Selalu, setiap aku jenuh akan kehidupan sepertinya menulis adalah salah satu cara yang bisa mengalirkan energi negatif dalam diriku, dan kembali menjadi sulutan api untuk kembali mencoba menjadi pe-nyair. Kurang lebih sudah 150 hari aku dan dirinya berada didalam semesta yang kami coba ciptakan sendiri. Dengan pergerakan waktu dan rasa yang mungkin berbeda dari semesta yang dimiliki orang lain. Atau mungkin tidak akan sama kisahnya dengan semesta mereka yang lain. Iya semesta kita ini memiliki lintasan dan pergerakan waktu yang berbeda. Dua hati yang berjalan saling beriringan dengan rasa, lalu terpisahkan oleh jarak, disatukan oleh doa. Dibawah ketetapan-Nya tetap berusaha menjalani cerita panjang, setiap ragu dan sedih selalu coba dihindari. Jalan bergandengan tangan, menyeduh secangkir kopi dipagi hari sebelum menyongsong indahnya mentari, berbagi pirin...

Tentang Sebuah Rasa , Rindu

Sudah berapa lamakah waktu yang kita habiskan bersama? Kurasa saat ini hardirmu dihidupku benar-benar mampu merubah segalanya. Semenjak kamu memutuskan untuk menemaniku berjalan bersama, meraih satu persatu apa yang menjadi impianku, aku merasa bahwa sekarang apa yang ada pada hidupku telah benar-benar melebur didalam hidupmu. Kamu selalu menganggap penting apa yang menjadi tujuanku dan itu juga menjadi tujuanmu uniknya semua yang mimpimu juga menjadi prioritasku. Sekarang, bukan untuk pertama kalinya kita berjauhan. Terpisahkan oleh jarak dan ruang. Padahal kamu hanya pergi sebentar saja. Tidak jauh, dan pasti akan kembali. Tapi, apa yang kurasakan sepertinya membuatku terlihat menjadi sangat tidak dewasa, iya... benar...bahwa aku merindukanmu. Memang benar rindu itu berat, tapi aku bersedia melakukannya, karena kutau kamu tetap akan berjalan menujuku, sehingga aku bisa mengurangi rasa rinduku. Terlihat berlebihan memang, tapi ini sederhana, mungkin aku hanya ingin selalu menghabisk...

Hari ini, esok dan seterusnya

Pekanbaru, 01 Februari 2018 Cerita ini kuawali dengan sebuah kalimat bahwa memang benar, bahwasanya jatuh cinta itu tidak bisa direncanakan, didesain bahkan dipilih. Memang benar bahwasanya menyukai seseorang itu bukan seperti orang-orang yang menggilai coklat atau mereka yang sangat menyukai hujan, tapi ini adalah tentang bagaimana kamu memiliki rasa percaya yang tinggi untuk menitipkan setengah hatimu pada dia yang kamu sukai. Awalnya, mungkin kamu tidak akan pernah tau pada siapa hati ini akan kamu labuhkan, seperti apa orangnya, bagaimana pribadinya dan kapan terjadinya, itu semua hanya akan terjadi begitu saja. Bagi beberapa orang mungkin hanya butuh waktu sepersekian detik untuk jatuh cinta, namu ada juga banyak orang yang butuh waktu bertahun-tahun agar bisa percaya akan hadirnya cinta. Bagiku, awalnya aku hanya merasakan takut dan tidak ingin lagi menjalani sebuah hubungan yang memiliki pilar kasih sayang. Aku dulu memiliki sebuah cerita kasih yang indah untuk kukenang ba...

New Story

Pekanbaru, 00.12 malam Tanganku kembali menari-nari, ini adalah kali pertama aku kembali menulis, Menuliskan rangkaian kata. Kali ini berbeda. Aku tak lagi disibukkan untuk menulis paragraf indah tentangmu. Tuan, kini tempatmu telah tergantikan. Terlalu lama sudah aku menghabiskan waktu untuk menunggumu kembali. Terlalu lelah sudah aku berharap bahwa kamu akan datang kembali. Tuan, jangan salahkan aku jika suatu saat kamu kembali dan aku sudah tak ingin lagi bersamamu. Jangan salahkan keadaan, kamu yang membiarkanku jatuh cinta pada orang lain. Kamu yang mengizinkan pria lain menghapus kenanganmu. Kepergianmu adalah keputusan paling mengerikan dulu. Dan sekarang, aku mengerti kenapa kita dihadapkan pada jalan yang seperti ini. Aku tak lagi bertanya-tanya bagaimana kondisimu disana, aku tak lagi peduli apa yang kamu lakukan disana. Sungguh- aku sudah berhasil melupakanmu. Sekarang, aku telah menemukan seorang pria. Pria yang sejak awal menerima hatiku yang setengahnya masih milikmu....

Bertemu Kembali

#Lanjutan serial Benang Merah# Hari-hari kujalani seperti biasa. Pergi kuliah, terlibat dalam kegiatan keahasiswaan, menjadi penghuni tetap perpustakaan, pergi nongkorong dan sebagainya. 2 tahun sudah berlalu. Sejak aku tidak lagi memiliki partner yang bisa selalu aku banggakan. Kita yang tidak pernah berkabar tapi aku masih sedikit tau tentangmu. Mengikuti perkembanganmu melalui dunia maya menjadi kegiatan rutin yang aku lakukan. Orang-orang selalu mengatakan apa lagi yang harus aku harapkan darimu. Sungguh entah dimana akal sehatku yang sudah tak peduli lagi dengan harga diri, gengsi dan lainnya. Aku hanya terlalu menyayangimu. Kamu tau, hari ini mugnkin hari yang akan aku masukkan kedalam daftar hari bersejarah dalam hidupku. Wisuda! Akhirnya setalah 3 tahun 4 bulan aku menempuh pendidikan S1 di sini, di kota yang selalu mempertemukan kita, akirnya gelar itu berhasil aku tambahkan dibelakang namaku. Toga itu telah terpasang rapi diatas kepalaku, dengan balutan kebaya gold maroon...

Benang Merah

Desember 2012, Perpustakaan Soeman HS Lantai 2 Ini sudah jadi kebiasaan kita, mengunjungi perpus daerah yang banyak buku terus dingin. Orang yang ada disampingku ini adalah partner dalam segala hal. Tepat hari ini genap sudah kami 1 tahun 8 bulan bersama-sama. Hubungan jarak jauh yang kami lakoni masih bisa diatasi dan seperti kelihatannya kami baik-baik saja. Yaa setidaknya sampai 2 bulan lalu. Sebelum kamu kembali kesini. Aku: Kamu kalau masih ada kegiatan di sana bilang dong, aku kan bukan peramal yang bisa tau semua kegiatan kamu. Kalau kamu gak bilang telepati doang mah mana cukup. Kalau kamu bilang kan aku bisa siapin diri sama agenda lain buat ngisi liburan aku. Ini enggak, kamu pake rahasiaan segala. Kan kesal Kamu: Ya terserah aku dong mau kasih tau kamu apa enggak, Lagian kamu maksa sih aku buat pulang, semua yang aku rencanain gagal.  Begitulah hari kita sore itu, mempermasalahkan hal yang tak selayaknya kita permasalahkan. Aku yang dengan pendirianku menginginkan...

Terlau Jauh

Malam ini seharusnya aku disbukkan dengan program kerja yang berhasil menyita waktuku. Tetapi aku masih berada dalam kebiasaanku. Dulu, aku sering menyebutkannya nge- stalk. Sebelum aku pamit tidur melalui pesan singkatku ke kamu, aku selalu menyempatkan diri membaca cerita singkat yang ditulis penulis inspirasiku. Dan malam ini, tidak, akhir-akhir ini aku kembali melakukan kebiasaan itu. Satu tahun lebih merupakan waktu yang cukup untuk aku bisa melupakanmu. Tapi nyatanya, bayanganmu masih begitu melekat hangat didalam memori otakku. Aku selalu berusaha menahan diri untuk tidak mengenangmu sedikitpun, tetapi seberapa besar usahaku sebesar itupula aku kembali mengingatmu. Aku menjalankan hidupku dengan baik-baik saja. Sungguh. Aku selalu menyibukkan diri. Aku ikut kegiatan ini kegiatan itu. Bahkan rasanya 24 jam sehari tidak cukup untuk menyelesaikan semua yang aku kerjakan. Tapi apa, sejujurnya aku menyibukkan diri agar aku bisa setidaknya tidak terlalu memikirkanmu, mengenangmu dan ...