Tentang Sebuah Rasa , Rindu

Sudah berapa lamakah waktu yang kita habiskan bersama? Kurasa saat ini hardirmu dihidupku benar-benar mampu merubah segalanya. Semenjak kamu memutuskan untuk menemaniku berjalan bersama, meraih satu persatu apa yang menjadi impianku, aku merasa bahwa sekarang apa yang ada pada hidupku telah benar-benar melebur didalam hidupmu. Kamu selalu menganggap penting apa yang menjadi tujuanku dan itu juga menjadi tujuanmu uniknya semua yang mimpimu juga menjadi prioritasku.

Sekarang, bukan untuk pertama kalinya kita berjauhan. Terpisahkan oleh jarak dan ruang. Padahal kamu hanya pergi sebentar saja. Tidak jauh, dan pasti akan kembali. Tapi, apa yang kurasakan sepertinya membuatku terlihat menjadi sangat tidak dewasa, iya... benar...bahwa aku merindukanmu. Memang benar rindu itu berat, tapi aku bersedia melakukannya, karena kutau kamu tetap akan berjalan menujuku, sehingga aku bisa mengurangi rasa rinduku. Terlihat berlebihan memang, tapi ini sederhana, mungkin aku hanya ingin selalu menghabiskan hari-hariku bersamamu, menceritakan setiap scene dari drama yang aku tonton atau menceritakan bagaiman bodohnya aktifitasku selama seharian. Semua upayamu dalam berusaha memahamiku, berusaha menerimaku apadanya dan selalu membuatku tertawa adalah hal-hal yang selalu kurindukan setiap saat. Aku pernah - mungkin lebih dari sekali - menjadi wanita super bodoh yang menangis untuk hal yang tidak penting dan hebatnya, kamu memelukku lewat perkataanmu yang seolah memeluk untuk menenangkanku. Menurutku, rasa rinduku adalah hal yang wajar, mengingat semua yang kamu lakukan adalah kenangan indah dan waktu terbaik untuk selalu kukenang sebelum tidur, atau menjadi penyemangat ketika aku mulai jenuh akan kerasnya kehidupan. Sekali lagi, aku rindu.

Untuk kamu orang yang selalu aku rindukan, tetaplah seperti ini, tulus dan apa adanya, jangan ada yang berubah, karena mungkin aku tidak akan sanggup jika harus mengubur dalam rasa rindu yang kupunya untuk dirimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengagumi Mu Dalam Diam

Masih Sama

Benang Merah