Terlau Jauh
Malam ini seharusnya aku disbukkan dengan program kerja yang berhasil menyita waktuku. Tetapi aku masih berada dalam kebiasaanku. Dulu, aku sering menyebutkannya nge-stalk. Sebelum aku pamit tidur melalui pesan singkatku ke kamu, aku selalu menyempatkan diri membaca cerita singkat yang ditulis penulis inspirasiku. Dan malam ini, tidak, akhir-akhir ini aku kembali melakukan kebiasaan itu. Satu tahun lebih merupakan waktu yang cukup untuk aku bisa melupakanmu. Tapi nyatanya, bayanganmu masih begitu melekat hangat didalam memori otakku. Aku selalu berusaha menahan diri untuk tidak mengenangmu sedikitpun, tetapi seberapa besar usahaku sebesar itupula aku kembali mengingatmu. Aku menjalankan hidupku dengan baik-baik saja. Sungguh. Aku selalu menyibukkan diri. Aku ikut kegiatan ini kegiatan itu. Bahkan rasanya 24 jam sehari tidak cukup untuk menyelesaikan semua yang aku kerjakan. Tapi apa, sejujurnya aku menyibukkan diri agar aku bisa setidaknya tidak terlalu memikirkanmu, mengenangmu dan mengingatku. Terlalu sakit. Aku tau yang aku lakukan adalah caraku melarikan diri agar bisa lebih bahagia.
Kamu yang terlalu jauh sekarang, apakabar? Sepertinya kamu bahagia disana. Mungkin kamu benar-benar sudah melupakan gadis yang selalu disalahkan karena tubuhnya yang mungil. Sepertinya kamu sudah tidak ada niat untuk menerima kehadiranku kembali. Kamu bahagia? Pertanyaan ini yang aku ingin paling dengar jawabannya apa. Kalau dengan menjauh dariku adalah kebahagian bagimu, aku mungkin harus lebih berusaha untuk belajar hidup tanpamu. Tapi, kalau menjauh dariku hanya membuat kamu hancur, kenapa tidak kamu kembali kepadaku? Tuan, setidaknya kamu bisa memberi tauku bagaimana caranya melupakan dengan benar. Supaya aku tidak sesakit ini. Menulis tentangmu adalah cara terbaikku untuk mengenangmu. Karena menerormu dengan mengirimkan pesan singkat setiap hari hanya akan membuatmu benar-benar muak akanku. Kamu tau, aku suka menulis. Dan menurutmu aku adalah penulis gagal. Tak apa, aku pernah gagal untuk bisa menjadi yang terbaik untukmu, tapi mungkin suatu saat nanti aku bisa menjadi penulis terkenal yang mungkin juga akan menyertkanmu dalam beberapa bait tulisanku.
Kamu yang terlalu jauh sekarang, jika suatu saat nanti kita dipertemukan kembali, aku harap maksud pertemuan itu bukan hanya memperbaiki yang rusak, tapi.....ah sudahlah. Mungkin anganku terlalu tinggi, setinggi sosokmu yang tak bisa lagi kurengkuh hadirnya. Untuk kamu orang yang terlalu jauh, aku berharap suatu saat kamu akan berjalan kearahku, karena kakiku sepertinya tak bisa lagi terus melangkah menujumu.
-Sincerly with love-
Komentar
Posting Komentar