Ayah..
Setelah dari siang belum ada makan, di tengah usaha ku untuk bisa bersahabat dengan matematika, perut ini memberontak untuk diberi makan. Awalnya tidak ingin makan karena saya bakalan sendirian duduk di meja makan. Alhasil pas makan malam di temanin ayah di meja makan. Saat semua orang di rumah sudah pada makan, saya adalah orang terakhir yang belum menikmati makan malam. Ayah dengan senang hati duduk di samping aku dan menemani aku makan. Awalnya kami hanya bercanda dan tertawa biasa. Yaa memang selalu begitu. Ayah adalah orang yg sangat humoris dan senang sekali membuat orang tertawa. Katanya ketawa adalah sarana untuk mengurangi tua. Karena itu ayah suka sekali tertawa. Dulu, ketika aku masih kecil dan masih bisa di bodoh bodohi dengan pertanyaan bodoh, ayah selalu memberika teka teki aneh yang lucu dan tak pernah terfikir kan jawabannya oleh otakku yg masih polos kala itu. Dari kecil ayah selalu mendidikku untuk selalu tersenyum bahkan tertawa di saat aku ada masalah. Hal itu lah yg menjadikan aku wanita kuat yg jarang sekali menangis *kecuali film* bahkan aku sendiri heran kenapa aku tidak menangis saat mendapati masalah yg hampir semua teman cewekku yg lain menangis saat menghadapi masalah yg sama dengan ku. Yaa faktor karena aku juga anak pertama sepertinya juga menjadi pengaruh. Dan aku tumbuh di tengah tengah keluarga yg luar biasa. Anugerah Allah yang paling indah yg pernah aku terima.
Percakapan aku dan ayah malam ini mengalir seperti biasa. Hingga ayah menatap aku lebih lama dari biasanya. Aku heran. Dan akhirnya aku berkata "hahahaha ayah ni, hmm kurang lebih 6 bulan lagi ni yah kakak di sini. jadi ayah puas-puasin lah yaa liat kakak, suapin kakak, peluk kakak, pokoknya puas-puasin ya yah. kalau kakak udah kuliah, nanti kakak pulang nya setahun sekali" kata ku polos di hadapan ke2 matanya yg masih mentap ku. Air mata nya jatuh berlinang. Hanya berlinang. Ayah tidak menangis. "ayah ingat gimana dulu kakak di ajarin jalan, di ajarin ngomong, terus sekarang udah besar aja" katanya penuh haru. Haduhh ayah. Ayah merindukan saat saat aku masih menjadi malaikat kecilnya. Yg masih miliknya seutuhnya. Masih di atur dan di arahkan untuk melakukan ini itu. Tapi sekarang aku sudah besar. Malaikat ayah sudah tumbuh menjadi seorang peri dewasa yg mulai menentukan pilihannya sendiri. Aku tahu ayah sedih. Apalagi ketika aku dan adik ku *wanda* sudah memiliki pacar. Sudah ada laki-laki lain yg hadir di antara kami dan ayah. Aku tahu ayah sedih, karena beliau takut anaknya ini akan kurang perhatiaannya. Tapi bagi ku, ayah adalah seorang laki-laki yg paling sempurna yg dikirim Allah untuk selalu menjagaku hingaa kapanpun.
Aku peluk ayah terus aku bilang kalau aku sayang ayah. Dan aku masih lama kok di sini. Dan aku akan selalu di sampingnya. Ayah mengusap matanya. Dan entah kenapa aku malah berbicara "ayah ni lucuu. apalagi besok kalau kakak nikah, pasti ayah nangis. kan kakak pergi sama suami kakak. ayo la ayaahh =))" dengan polos nya aku berkata seperti itu. "asalka pria itu mampu memberikan kebahagiaan lebih dari apa yg telah ayah berikan, ayah ikhlas kak" kata ayah memecah keheningan dengan tawanya yg khas. Sambil menyebutkan beberapa nama cowok yg pernah masuk ke dalam hidup ku. Bahkan ayah menebak nebak siapa yg akan menjadi suami ku nanti. Sekarang aku sudah mau 18 tahun. Aku sudah hampir menjadi wanita dewasa seutuhnya. Ayah tahu itu. Ayah selalu melihat perkembanganku. Ayah juga selalu melihat bagaimana perjuangan ku dalam belajar. Bahkan ayah juga tau ketika aku suka seseorang. Dan pada akhirnya aku akan cerita padanya. Ayah bilang "laki-laki yg menyayangi kakak sama seperti dia menyayangi ibu nya adalah pria baik kak. karena dia tidak akan pernah menyakiti hati kakak sama seperti dia tidak akan pernah membuat ibu nya sedih. susah sih cari orang kayak gitu, tapi percaya sama ayah, pasti ada" aku setuju dengan perkataan ayah yg ini. Ayah ayah. Kalau kakak udah besar nanti, udah jadi orang sukses, dan udah punya pacar. Kakak janji gak akan pernah lupain ayah sedektik pun. Bahkan siapa pun laki-laki yg akan memasuki hidup ku nanti, aku harap dia bisa seperti ayah. Atau bahkan kalau bisa lebih baik dari ayah.
Terima kasih ayah atas cinta dan semua kasih sayang nya. Jangan pernah berhenti utnuk menyayangi ku, karena aku pun akan selalu menyayangi ayah. Sejuta sayang untuk ayah!!!
ikaa ikaa,pertama pake "saya" udah tu pake "aku" :p
BalasHapusHahahah keseruan nyulis sampe gak sadar apa yg ika tulis ;))
BalasHapus